News Update :

Pungutan Rp.30 Juta Kepada Pedagang Di Pajak Air Joman

NLS/KISARAN-Pedagang lama di Pajak Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Asahan mengaku diwajibkan oknum Dinas Tata Kota (Distakot) membayar Rp30 juta untuk memeroleh kios yang baru direhabilitasi.
Hal itu terungkap ketika puluhan pedagang yang tidak memeroleh kios, berunjuk rasa di kantor Distakot Asahan, Jumat (27/1) sekitar pukul 09.00 WIB.

Seorang pedagang Rosmiana br Manurung dalam orasinya mengaku pernah didatangi oknum pegawai yang meminta uang Rp30 juta kepadanya. Tujuannya, agar ia bisa tetap berjualan di lapaknya. Padahal, ia sudah lama berdagang di lapak itu, sebelum kios direhab.
Pedagang lainnya, Sarifudin Harahap dalam orasinya mengungkapkan, Distakot diskriminatif dan tidak adil dalam membagi kios. Pasalnya, sebelum pajak direhab, pedagang memiliki lapak berjualan. Tapi setelah dilakukan rehab, para pedagang lama justru tidak memeroleh lapak. Ironinya, pihak Distakot malah memberikan lapak kepada pedagang baru, yakni warga yang tidak dikenal dan sebelumnya tidak pernah memiliki lapak.
Dia menuturkan, pihaknya menduga oknum-oknum di Distakot melakukan pengutipan kepada pedagang. Padahal, informasi dari Pemkab Asahan, rehabilitasi pajak ditanggung pemerintah dan para pedagang yang selama ini berjualan tidak akan dipungut biaya untuk mendapatkan lapak. ”Ppara pedagang yang dulunya berjualan, tidak kebagian lapak. Ini tidak adil!” kesal Sarifudin, disambut teriakan para pedagang lain. Mereka menuding Distakot memeroleh uang pelican atau sogok dalam pembagian kios.
Kata mereka, para pedagang lama tidak mau membayar untuk memeroleh kios. Karena kios yang saat ini sudah direhab, sejak dulu sudah mereka tempati sebagai lokasi berjulan.
Di kantor Distakot, para pedagang diterima staf, Misli. Namun karena tidak puas dengan jawaban Misli, para pedagang melanjutkan aksi di kantor Bupati Asahan.(van/spy)
Satpol PP Hadang Pedagang
Para pedagang Pajak Binjai Serbangan dihadang petugas Satpol PP ketika hendak berunjuk rasa di depan kantor Bupati Asahan, Jalan Ahmad Yani Kisaran.
Ketika para pedagang hendak memasuki pelataran kantor bupati sambil berorasi, personel Satpol PP langsung membentuk blokade di pintu gerbang untuk menghadang para pedagang tidak masuk.
Meski dihadang, pedagang berusaha masuk. Alhasil, aksi saling dorong antara pedagang dengan petugas Satpol PP terjadi.
”Kami datang mau mengadu dan menyampaikan aspirasi kami kepada Bupati Asahan. Tapi mengapa kami tidak diperbolehkan masuk? Ini kan kantor rakyat juga, siapa saja boleh masuk. Jangan kami rakyat ini dihalangi masuk ke kantor yang dibangun dari uang rakyat!” sebut seorang pengunjukrasa.
Setelah beberapa menit dihadang, petugas Linmas & Kesbang serta Satpol PP. Akhirnya pedagang diizinkan masuk hingga ke depan kantor bupati. Namun tidak boleh ribut karena bupati sedang rapat.
Tiba di depan kantor, lima perwakilan pedagang diterima Asisten I, Asisten II, serta Seketaris Tata Kota didampingi Kasatpol PP.
Dalam pertemuan, Asisten I Zulkarnain mengaku akan menampung dan menyampaikan semua aspirasi dan keluhan pedagang Binjai Serbangan kepada Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang. Sebab, hanya bupati yang berwenang mengambil semua keputusan dalam persoalan yang terjadi di tengah-tengah pedagang.
”Ok lah, kalau begitu kami akan tunggu semua keputusan dan jawaban Bupati Asahan dalam tempo tiga hari,” tegas Sarifudin, seorang pedagang.
Usai mendengar penjelasan Asisten I, perwakilan pedagang keluar dari ruang pertemuan dan meninggalkan kantor bupati. Pendemo keluar dan meninggalkan kantor bupati. (van/spy)source

Bupati Asahan Penghematan Sisa Anggaran Rp.22 M

NLS/KISARAN-Bupati Asahan Taufan Gama Simatupang mengaku terjadi penghematan dalam penggunaan anggaran di tahun 2011. Hal itu dibuktikan adanya Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) sebesar Rp22 miliar.
Demikian disampaikan Taufan ketika ekspos penggunaan anggaran tahun 2011 di Gedung Serba Guna Pemkab Asahan, Senin (30/1).
Dalam pemaparannya, Taufan secara detail menyampaikan pagu dan realisasi anggaran dari masing-masing kegiatan di SKPD. Di tahun 2011, belanja daerah terdiri atas belanja tidak langsung Rp559 miliar, belanja langsung Rp333 miliar, pendapatan Rp930 miliar, dan belanja daerah Rp908 miliar. “Dari realisasi APBD Asahan, di tahun 2011 terdapat silpa sebesar Rp22 miliar yang merupakan penghematan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Taufan menyesalkan adanya tudingan-tudingan yang menyebutkan Pemkab Asahan melakukan tindak pidana korupsi, hingga ada laporan ke Kejari Kisaran, Kejatisu, Kejagung, hingga KPK.
“Beraneka ragam bentuk tudingan menyudutkan jalannya pemerintahan Asahan. Ironinya, tanpa mau mengonfirmasi atau bertanya, walau telah diberi kesempatan,” sebutnya.
Dia menilai, cara menuding pemerintahan melakukan korupsi dapat mengganggu aktivitas dan dapat menciptakan dampak penilaian negatif dari masyarakat.
“Sungguh tudingan keji karena tanpa melakukan pendalaman, dan setidaknya tanpa dibicarakan dengan pihak yang dituding. Ujuk-ujuk sudah dilaporkan. Saya dan wakil saya bukan takut dilaporkan, tapi kita juga perlu menyadari karena laporan itu menambah beban bagi penegak hukum, terlebih setelah diteliti tidak memiliki kebenaran,” ujar Taufan.
Kegiatan ekspos dihadiri ribuan masyarakat, terdiri atas berbagai elemen dan profesi, seperti anggota DPRD Sumatera Utara asal daerah pemilihan Asahan, Tanjungbalai, dan Batubara, di antaranya Bustami HS dan Khairul Fuad. Juga ada Ketua DPRD Asahan Benteng Panjaitan didampingi wakil ketua dan anggota serta forum komunikasi pimpinan daerah yakni Kapolres Asahan, Dandim 0208 AS, Danlanal Tanjungbalai-Asahan, Pengadilan Negeri Kisaran, tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan partai politik, perwakilan etnis, BUMD/BUMN, dan swasta, pimpinan perbankan, universitas, serta Lembaga Pendidikan Tinggi lainya, OKP, ORMAS, KNPI, LSM dan wartawan, SKPD, camat, lurah/kepala desa, ketua BPD, Ketua LPM desa/kelurahan, TP PKK .(van/spy)source

Hotel Bangun Kisaran Di Pasang Police Line

NLS/KISARAN - Hotel Bangun di Jalan Iman Bonjol Kelurahan Tebing Kisaran, Kecamatan Kisaran Barat, Asahan diberi garis polisi (policeline) oleh Polres Asahan, Senin (30/1).
Kapolres Asahan AKBP Marzuki melalui Kasat Reskrim AKP Fahrizal di lokasi hotel menerangkan, pemasangan garis polisi tersebut terkait adanya laporan penipuan yang dilakukan DR (HC) MS Bangun (83), Senin (9/1) sekitar pukul 14.30 WIB di kantor Notaris Rifa Ida Hafni SH, di Kecamatan Air Putih, Batubara.
Sesuai laporan yang disampaikan Santiar Evalinda Sitorus (53 ) warga Jalan DR Rivai Kelurahan Kisaran Kota, Kisaran Barat, MS Bangun telah menjual Hotel Bangun beserta aset di dalamnya seharga Rp2,7 miliar. Namun hingga tanggal dilaporkan, bangunan beserta aset di dalamnya belum bisa dikuasai. Sementara, ada pihak lain mengaku sebagai pemilik bangunan.
”Kami nyatakan bangunan hotel beserta aset di dalamnya dalam keadaan status quo hingga permasalahan selesai. Kami akan mengembalikannya kepada pihak yang menjadi pemilik sah sesuai prosedur hukum,” kata Fahrizal.
Pantauan METRO, saat polisi memasang police line, Jhoni Hutajulu SH selaku kuasa hukum Santiar Evalinda Sitorus terlibat perang mulut dengan M Ali Nafiah SH dan Khairul Abdi SH dari LBH Medan Pos Asahan-Tanjung Balai. Para penasehat hukum itu adu argumentasi seputar kasus Hotel Bangun yang di-policeline. Mereka bersitegang, namun akhirnya dapat dilerai polisi yang berada di lokasi.
Jhoni Hutajulu saat dikonfirmasi mengatakan, tanah, bangunan beserta aset hotel sudah menjadi hak milik kliennya. Jual beli antara kliennya dan pemilik hotel DR H MS Bangun, katanya, sudah dilakukan di depan notaris yang dihunjuk penjual. Tetapi, hingga kemarin belum bisa dikuasai karena ada pihak yang mengklaim sebagai pemilik. Sehingga, 21 Januari 2012 lalu pihaknya membuat laporan penipuan ke Polres Asahan dengan menyertakan tiga sertifikat atas nama DR H MS Bangun.
Jhoni mengklaim sudah dirugikan, karena proses jual beli dan pembayaran telah diterima MS Bangun sebagai pemilik sah, di depan notaris yang dihunjuk.
Sementara menurut M Ali Nafiah SH dan Khairul Abdi SH sebagai kuasa hukum yang ditunjuk Mas Jon Bangun, manajemen Hotel Bangun yang juga anak MS Bangun, meminta bukti jual beli dari Santiar Evalinda Sitorus.
“Para pihak, baik penjual dan pembeli tidak mau menunjukkan bukti itu, ada apa ini?” tanyanya sembari menambahkan, pihaknya akan membuat pengaduan atas pemasangan garis polisi. (sus/spy) Source

Business Investment Property in Medan

Darwin (38 years), a prospective property investors, half do not believe the price of houses in a compound in the region Sunggal. In 2009 when buying a home unit in one cluster to their homes, the price is still below Rp250 million and the price of land per square meter only about Rp250-300 thousand. However, in November last year, when trying to shelter investment alias daily boarding-lodging for business people or travelers from outside the field in the same cluster, it turns out the price has multiplied exponentially. Price per unit in the cluster, the cheapest reached Rp550 million. In fact, the building area approximately equal to the unit he purchased about two years ago. Surprisingly, the price increase did not shrink the interest of people. A number of clusters in the area that was once rarely touched many property investors who sold out.

invite the admiration of many, not just property investors such as Darwin. But also migrants from Jakarta who mandah the third largest city in Indonesia. Those who live around the field must have sensed the rapid stretching region Sunggal, Tanjung Morawa, or fir which has now transformed into a stretch of the new city.

The concept of an independent city in the future that lies at the edge of the city of Medan, for example Sunggal with Binjai, who approached the capital of Tanjung Morawa Deli Serdang regency, and Casuarina which began''''mengkotakan North Field area. Soon the area following the Percut Sei Tuan also developed as a new city, adding to the repertory of independent city of Medan as slowly shift the modern city unopposed. In the expanse of this new city, arguably all department: a large gas station, ATM centers, modern shophouses. Starting from the school (kindergarten to college campuses) also began to be built, complete tooling center, offices, and of course the young child's favorite place: the cafe slang.

Sunggal or Casuarina area is merely a proof of the Midas touch of the investors in the property business.

They're good at juggling the ground in various property projects worth into gold expensive, through property projects of various layers, from expensive shops, medium, to European-style Mediterranean-style cluster. Issue price of course a matter of mere marketing strategy. There is an affordable pocket upper classes, but do not forget to also develop clusters for those who pocket''mediocre''. That is also why many property projects developed in the two regions is more than just a success or a hit, but also a pioneer.

It was not only on the ground Sunggal and Pine, but also in a number of projects in other suburbs. Call example in pengkotaan''project''Tanjung Morawa. At least hundreds of acres of land, which originated from deserted areas without occupants, successfully transformed into a complete satellite city, comprising residential area, commercial, and industrial integration. Since 2002, the area was developed into an independent town, has hunted down a row of cluster residential buyers. Land prices continue to soar. If eight years ago the price of land there is still around Rp100-200 thousand per square meter, the latter has reached Rp1-1, 5 million per square meter.

The phenomenon of growth towards the outskirts of the city is well recognized by the Chairman of the DPD Real Estate Indonesia (REI) Tom Wistan North Sumatra. Tom, who was in Singapore when answering interview via e-mail Heading North Sumatra, said that aside from building a shop, the developers in the field interested in establishing business centers and suburbs. The players also began coming from outside the property invested in Medan. Take for example, Ciputra Group that developed the elite residential area of ​​Padang Citra Garden on the Moon. Formerly this area touched impressed investors hesitate. Besides the location is too close to the airport, also already branded dense residential areas and slums. But the touch of the Ciputra Group to build optimistic Citra Garden makes your eyes wide open that the residential property investors are very interested in was sold and the upper classes.

Tom saw a lot of developers are no longer oriented to find land in existing business centers, but instead are vying to develop suburbs to be transformed into''new''urban. Like for example a group of senior developers who design the business district and residential development at Jalan Pancing modern.

"Development of a satellite city and a new business area is very interested in the community," said Tom.

If referring to recent data released by REI North Sumatra there are about 5000-6000 units of new properties that can be built the developers every year. This figure is actually still much lower than the real needs of society against the settlements. Statistics demand in 2010, for example, are quite fantastic. REI Sumut 18000-22000 noted the various classes of housing units to be supplied by the developer to meet the needs of prospective owners and residential investors.

There are various factors why the growth in demand was high enough. Unless the number of arrivals in Medan, according to Tom, Medan population growth naturally also increase demand for housing. From various sources, for example, statistics that property demand coming from Aceh Darussalam (NAD) of the various reasons for choosing to invest in property in Medan.

They bought a house that was built from various types of developers, especially in a number of access point locations adjacent to the entrance gate Medan-Aceh.

It is known Sunggal and New Medan became the target of property investors from NAD.

There are sugar ants. Home business entrepreneurs Rencong Land was also rife in those locations. This market is also rapidly exploited by developers to buy land in the area of ​​sleep Sunggal to be built into new residential location. ''Process''pengkotaan suburb is also intensified seiiring high demand for properties in areas that had-previously had given a negative nickname:''where''the genie flue children.

Another example, the project development of new business centers that are labeled Fishing Business Center (PBC) on Fishing Road, Medan. Once the project is labeled project partially redundant by property investors. The project is owned by a consortium of a number of major developers and consuming dozens of hectares of unused land. The concept developed satellite city near the State University of Medan was then marketed slowly. Business complex is developed hundreds of shop ready for habitation by the number of blocks that continue to approach the alphabet G. Currently PBC region has become one of the belle in the east field. Of course, in addition to PBC, there are many other property projects are also quite successful. So, what is the secret of successful investors such propeerti? When observed, this success could not be separated from property developers are visionary mindset to run their business. This type of developer is different from other developers who prefer to be passive, waiting for crowded location, good access, and so forth. ''If you want to succeed so, since the beginning of property investors do not be afraid to be pioneers.

They should be the party started. Indeed there are consequences. For example an investment of more expensive, but its fruit is very worth it. If successful a pioneer, generally will be leaders in business,''said Marihot Nainggolan, property investor and former holder of separation in the PBC.

The most concrete example, according to Marihot, as was done in PBC consortium of developers. Once received land and the right concept, a consortium of developers is a direct step on the gas build up the area in total.

This area was once very isolated but now the price of property in this location is soaring out of control. It is like recognition Erawati Jane, a Notary / PPAT in Deli Serdang. In 2007 when he was seeking a strategic office for the profession, PBC is one of the options at that time. ''The price of a three-storey shophouse was still Rp600 million-an.

I thought it was better to sign shop before, but now regret it because the shop I had bargain now worth Rp800 million,''he told the Post North Sumatra.

*** HAVE aka guts to pioneer a pioneer. This seems to be a major factor that led to any large and successful developers. Pioneer mindset that in turn make way management and business principles that run property group who dared to develop a different suburb with developers in general. For example, employers generally have the property that the key principles of successful property business is location, location, and location. It has become the general rule that most employers commonly held property. It's just that the developers of housing in the suburbs which is now drafting a new''urban''was no longer menomersatukan location.

All locations can be gold if developed totally with the concept of marketing tricks box housing the prime. "Many developers just thinking location, location, and location, when what really needs to think about is access, access, and access. Good location and its proximity to downtown not much help when access is difficult bin complicated, "explains Marihot back.

Because the point of view it is not surprising, in glasses, a consortium of developers PBC, trying to build accessibility in each project in the early stages of development of the area. Especially with the opening of transport plugs. The usual way, among others, by opening access to toll projects.

''And this is not groundless. PBC and surrounding projects, for example, has long been thought Belmera access to the expressway. There is some point realized that living alone.

For example in lurusan access road toward Selamet Ketaren Unimed,''he said.

Growth plus the need for''new''urban theory seems to follow inverse proportional alias. This situation caused the city of Medan is increasingly approaching a saturation point when viewed from the modern urban concept. In addition to land an increasingly narrow, increasingly also urban spatial alias flips irregular. In Medan Baru, for example, many houses are transformed into a shop, not even a stranger to see there are things that coincide with the hotel houses. No longer clear where the area of ​​residential and commercial areas. The dominance of the city of Medan as a business and office area is one of the causes of why people stay on the circumference of the city. The result is predictable. Rental rates rose berlipatlipat house in Medan.

In the core cities such as New Medan, for example, rent a house move from Rp20 million to Rp40 million per year. Never again were the selling price of homes in new clusters at the venue. Then you should not be surprised if the opportunity around the New Field. On the road, which, according Darussalam Spatial Plan (Spatial) Medan recorded as arterial roads and residential areas, have found a number of building three-star standard hotels. Moving slightly to the inside, on roads or Sei Sei Kapuas Fight, for example, a number of vacant land suddenly transformed into a cluster-cluster with the type of minimalist modern house.

Of course the targeted market is a small family of working class which had offices in the city core. About the price of course you can track your own. In shopping centers, housing agencies offers minimalist house prices of up to Rp400 million for type 38, or nearly two and a half times more than similar homes in the cluster-type Marelan the indented area in the north of Medan. The desire to market a new property, as well as subvert the dominance of this main city of Medan as well as developers who want to be creative. In addition to the concept of capital, they are a consortium of developers who dare to invest long term in hopes of becoming''single player''in the''new''urban. It means a tendency to develop a new''urban area''appears more thrills in the hearts of the housing financiers. Problem is, observers Panangian Simanungkalit property-which also menakhodai office property consultants, Panangian Simanungkalit & Associates (PSA) - express, investment prospects are very good properties in North Sumatra. In addition to sustained economic growth that is always above the national average or more than 5.6 percent, a layer of middle class in this city have relatively large and relatively stable purchasing power.

"I look there's no harm in developing housing in North Sumatra. Very tempting prospect for the community in Medan was crazy investing money for the property, "he said.

Panangian see any new trends in North Sumatra that those men rich in this area in addition to buying a home for business and residence, also bought a house for her children and grandchildren. The rich in this area is very fond of her grandchildren by buying the property as a gift and place of business.

This group, he explained, was not like debt. "They buy a house or place of business with the cash," he said.

Panangian described as the provincial capital of Medan and the third largest city in Indonesia has a middle layer of a relatively large community. The middle class consists of a young group of productive consumption patterns are not influenced by bank loans, but the strength of their own capital. They have very strong purchasing power, and likes to make an investment house, shop, and home place of business at the same time be a place to live.

Because of high demand was not mistaken when we look at the past five years the shop and home office (shophouse) increasingly shifts to the suburbs and grow like mushrooms in the rainy season. Growth shophouse shophouse and it clearly shows the investment property is in great demand of consumers.

Some developers market sniff it as a business opportunity. The mushrooming of property is also the fruit of banking support which underpins the financing, especially venture capital developer.

"When viewed from the rapid amount of housing in Medan, is evidence that relatively large growth in the property business. It certainly can not be separated from the banking support to entrepreneurs can run the business well. These conditions have an impact on overall economic growth of North Sumatra, "said an economist from the University of HKBP Nommensen, DR Parulian Simanjuntak, told the Post North Sumatra.

Referring to recent data published by Bank Indonesia (BI) Regional Office of North Sumatra and Aceh, Parulian shows, credit property in North Sumatra reached Rp842, 37 billion.

Channeling is larger to medium residential real estate, large or luxurious (over 70 types) worth Rp231, 13 billion for real estate and residential flats / apartments valued at Rp224, 30 billion. Similarly, the credit disbursement for real estate shopping and office buildings that each reach Rp76, 78 billion and Rp70, 51 billion per year. Fabulous! Fantastic figure offered Parulian necessarily true. Let you walk in the''new''urban. Now shop and marched to meet Ringroad shophouse in Jalan Black Crow. Overall it shows the core cities prospective market is no longer to be developed. Thus, soaring property, whether it's shopping centers, apartments, or five-star hotel, a matter of time to be moved to the outskirts of the city of Medan. The developers would have been the most awaited completion of Kuala Namu international airport in Labu Beach, Deli Serdang.

Thus, pengkotaan''Hope''is like waiting for a touch of new investment in the land of quiet. (Valdesz)
Need a New City at least 3000 Acres of Land

The growth of the new city of Medan as replacing the main town in North Sumatra is certainly not just a mere hope. Properties that continue to mushroom is the prospect that way. It's just that many of the regretted why growth has been running for two years, not all the time so that the process should pengkotaan it can be enjoyed now. How, actually,''pattern''pengkotaan this suburb? For that same interview the Chairman of the Council Pos Sumatra Sumatra Tom Wistan REI. Tomi who happened to be in Singapore to meet a number of business relationships there to answer some questions via email.

There are nine provinces in Indonesia which will be developed into a new city, one of North Sumatra. DPP Chairman of REI, said Setyo Maharso, North Sumatra is one of nine provinces agreed REI and the Ministry of Housing to be the development of the new city. In the eyes of North Sumatra's readiness to welcome you how this program?

Actually that has been planned by Kemenpera throughout Indonesia there are 24 New Town development. And that was on target and proposed an early stage is 10 New Town, one of which is North Sumatra. We see that the condition of Sumatra where the number of people are already over 12 million people and most live in Medan and Deli Serdang area that reaches nearly 5 million people. And supported by good economic growth above the national average as well as a corridor area of ​​North Sumatra Sumatra in MP3EI program. Of course later expected economic growth in North Sumatra could be higher again, which ultimately makes the carrying capacity of the city, especially Medan in North Sumatra would be larger and needed an area that could become a new area that is a new town as a container for all aspects of life-based economy. But it was rather difficult to be realized if the availability of land / location could not be determined and specified. Due to the new city of at least 3,000 hectares, 10,000 hectares of pestilence.

In some areas the real estate business began to grow rapidly, whether the chances of developing a satellite city of Medan, Deli Serdang Binjai-up in property development course?

Is there no chance for development to other aspects? Mebidang as the most densely populated areas and economic and social activities are also the largest in this area, certainly the chances of developing this region becomes larger. Certainly not just in the residential sector alone, but also in this area could be developed as an industrial park area, warehousing, ecotourism, education, sports, the area of ​​governance, we can even develop as well as waterfrontcity cybercity which include in them as an integral part and complement each other. So the New Town really can come true and life serving the city itself and based economy.

Is the proliferation of property in the field is still in the stage of control? Lest we'll experience what is termed a kind of mortgage in the U.S.?

REI itself has the concept that the growth of housing and loan repayments stay balanced? Until now view the property development field situation remains under control, and market absorption remains high with property sales prove the lower middle and upper middle was well absorbed, although there are some small projects that do not seem that way but can not be a barometer for a single project could not succeed because of business management, cash flow, marketing tricks, location or troubled land.

We saw, with some indicators of economic growth, especially in North Sumatra as economic growth above the national average, supported by a growing source of income especially in the sectors of both palm and rubber plantations, agriculture, mining.

And the service economy, not only serving the people of North Sumatra Sumatra but also from the people of Aceh, Riau and even Sumatra.

Average per capita income of Indonesian society is above 3,000 U.S. dollars so the board needs also more meningkat.Selain it with a young population several times more than the parents now, this is considered to be an opportunity to develop the property sector in Indonesia including Sumatra itself. if coupled with a controlled inflation below 6% and the BI rate, which tends to go down which is now 6 percent, banking support is also getting better, the national housing needs of course very much, where the nationwide backlog of 13.6 million units. If there are concerns about the mortgage crisis as happened in America, of course we are optimistic it is still far away.

Our current banking conditions have experience in 1997 where the property is also one of the sectors that make bad loans.

There are plans PTPN2 including the Provincial Government of North Sumatra opened a new city, including land acquisition problems in Percut Sei Tuan as a location for a new city. Like what REI see it? How things have progressed so far among the stakeholders (PTPN2, provincial, and REI)?

We certainly welcome the very good presence and Pempropsu PTPN2 plans to open a new city. And of course everything must be in accordance with applicable laws and regulations in the country of Indonesia, the REI is ready to support it.

Moreover, REI's own developers have a network of local, national and even international. PTPN2 itself has been open and inviting prospective investors in the Beauty Contest has been done in December 2011 and January 2012. If this can happen and in accordance with applicable laws and regulations and of course also be in accordance with the Spatial Pempropsu, REI itself ready to be involved and hope that occurs proportional to the external local developers. REI looked at to determine the location of the new city would have to engage a third party as the owner of the land other than local government. Because the land was already there and well-deserved hrs and can be used as the location of new town development. It is now one of the locations that were worthy of the land release process itself PTPN because not too many involving multiple parties.

Sure would be easier especially if there are coordination and approval in accordance with the Spatial Pempropsu.

Sunggal Medan, Tanjung Morawa, and Casuarina today is a suburb of terus''dikotakan'', such as what Mr. Tom see it? Does REI already has a concept that appears new towns''model''as an independent city Lippo in Jakarta which was developed by members of the REI in North Sumatra?

Indeed, the three locations plus the area of ​​Johor and Hervetia currently the fastest growing residential developments in the region. Of course we hope will also be able to grow well in other areas, so that development can be more evenly and not just focused on several areas that will eventually make the traffic is also more dense. With so many areas that could develop would impact both on the local conditions, especially on the economy of surrounding communities. But of course also be accompanied by adequate infrastructure support from local governments. With the condition of North Sumatra which has a population of 12 million and 5 million who inhabit in Medan and Deli Serdang.

Of the new town, new town that can not be built for what was built by the developer in Jakarta and Java. They were supported by better infrastructure.

Lastly, like what you see growth in Mebidang property?

Why we are far behind compared to Surabaya and Makassar? Mebidang itself would be developed along with its own economic growth of North Sumatra and the existence of several mega projects in their own Mebidang like Kuala Namu Airport and Highways Medan-Kuala Namu, and also support projects outside Mebidang incorporated in the planning MP3EI will cultivate their own Mebidang from this moment until nanti.Pertumbuhan Surabaya is much greater because the population is also larger and better infrastructure support as well. But to Makassar, sy did not dare to say that the growth of less than Napier Field.

In the visible is due to Napier there are several projects such as new airports and TransTv project based in Napier so it looks so amazing development. I am sure Medan will be far more advanced and developed more rapidly again when 43 projects inoi MP3EI can go according to plan. (Valdesz)source

Business Investasi Property di Kota Medan

Darwin (38 tahun), seorang calon investor properti, setengah tak percaya dengan harga rumah di sebuah kompleks di kawasan Sunggal. Tahun 2009 saat membeli satu unit rumah di salah satu cluster untuk tempat tinggalnya, harganya masih di bawah Rp250 juta dan harga tanah per meter persegi baru sekitar Rp250-300 ribu. Akan tetapi, November tahun lalu, ketika mencoba investasi rumah singgah alias kos-kosan harian untuk pebisnis atau pelancong asal luar Medan di cluster yang sama, ternyata harganya sudah berlipat-lipat. Harga per unit di cluster itu, yang termurah mencapai Rp550 juta. Padahal, luas bangunannya kurang-lebih sama dengan unit yang dia beli sekitar dua tahun silam. Anehnya, kenaikan harga tak menyusutkan minat orang. Sejumlah cluster di kawasan yang dulunya jarang disentuh investor properti itu banyak yang sold out.

mengundang decak kagum banyak pihak, tak hanya investor properti seperti Darwin. Tapi juga pendatang asal Jakarta yang mandah ke kota ketiga terbesar di Indonesia ini. Mereka yang tinggal di seputar Medan pasti merasakan pesatnya geliat kawasan Sunggal, Tanjung Morawa, atau Cemara yang kini sudah menjelma menjadi hamparan kota baru itu.

Konsep kota mandiri di masa depan itu terletak di pinggir batas kota Medan, misalnya Sunggal dengan Binjai, Tanjung Morawa yang mendekati ibukota Kabupaten Deli Serdang, dan Cemara yang mulai ‘’mengkotakan’’ wilayah Medan Utara. Sebentar lagi kawasan Percut Sei Tuan juga menyusul dikembangkan sebagai kota baru, menambah perbendaharaan kota mandiri yang perlahan menggeser Medan sebagai kota moderen tanpa lawan. Di hamparan kota baru ini, boleh dibilang semua serba ada: pom bensin besar, sentra ATM, ruko-ruko moderen. Mulai dari sekolah (TK hingga kampus perguruan tinggi) juga mulai dibangun, pusat perkakas terlengkap, perkantoran, dan tentu saja tempat favorit anak muda: kafe gaul.

Kawasan Sunggal atau Cemara sesungguhnya hanyalah satu bukti sentuhan midas para investor di bisnis properti.

Mereka piawai menyulap tanah di berbagai proyek propertinya menjadi emas bernilai mahal, melalui proyek-proyek properti dari berbagai lapisan, dari ruko mahal, menengah, hingga cluster bergaya mediteranian ala Eropa. Masalah harga tentunya soal strategi marketing belaka. Ada yang terjangkau kocek kalangan atas, tapi tak lupa pula dikembangkan cluster bagi mereka yang berkantong ‘’pas-pasan’’. Itu pula kenapa berbagai proyek properti yang dikembangkan di dua kawasan itu lebih dari sekadar meraih sukses atau laris, tetapi juga menjadi pionir.

Hal itu tak hanya di tanah Sunggal dan Cemara, tetapi juga di sejumlah proyek di kawasan pinggiran lainnya. Sebut contoh di proyek ‘’pengkotaan’’ Tanjung Morawa. Sedikitnya lahan ratusan hektar, yang bermula dari areal sepi tanpa penghuni, sukses disulap menjadi kota satelit yang lengkap, terdiri dari kawasan permukiman, komersial, dan industri terpadu. Sejak 2002, area itu dikembangkan menjadi kota mandiri, memiliki sederet cluster hunian yang diburu pembeli. Harga tanahnya terus membubung. Jika delapan tahun lalu harga tanah di sana masih berkisar Rp100-200 ribu per meter persegi, belakangan sudah mencapai Rp1-1,5 juta per meter persegi.

Fenomena pertumbuhan ke arah lingkar luar kota ini diakui betul oleh Ketua Umum DPD Real Estate Indonesia (REI) Sumut Tomi Wistan. Tomi, yang berada di Singapura saat menjawab wawancara Sumut Pos lewat email, mengatakan, selain membangun ruko, para pengembang di Medan tertarik untuk membangun sentra bisnis dan kota satelit. Para pemain dari luar juga mulai berdatangan menanamkan investasi properti di Medan. Sebut misalnya Kelompok Ciputra yang mengembangkan permukiman elit Citra Garden di kawasan Padang Bulan. Dulunya kawasan ini terkesan sungkan dijamah investor. Selain lokasinya yang terlalu dekat dengan bandara, juga telanjur dicap daerah padat hunian dan slums. Namun sentuhan Kelompok Ciputra yang dengan optimistis membangun Citra Garden membuat mata investor properti terbelalak bahwa perumahan ini ternyata laku dan sangat diminati masyarakat kelas atas.

Tomi melihat banyak pengembang yang tidak lagi berorientasi mencari lahan di sentra bisnis yang sudah ada, namun justru berlomba mengembangkan kawasan pinggiran untuk disulap menjadi ‘’perkotaan’’ baru. Seperti misalnya kelompok pengembang senior yang merancang pengembangan kawasan bisnis dan hunian moderen di Jalan Pancing.

“Pengembangan kota satelit dan kawasan bisnis baru ini sangat diminati masyarakat,” tukas Tomi.

Jika mengacu data terakhir yang dirilis REI Sumut ada sekitar 5.000-6.000 unit properti baru yang mampu dibangun para developer setiap tahun. Angka ini sebetulnya masih jauh lebih rendah dibandingkan kebutuhan riil masyarakat terhadap permukiman. Statistik permintaan pada tahun 2010, misalnya, lumayan fantastis. REI Sumut mencatat 18.000- 22.000 unit rumah berbagai kelas harus dipasok oleh pengembang untuk memenuhi kebutuhan calon pemilik dan investor perumahan.

Ada berbagai faktor kenapa pertumbuhan permintaan itu cukup tinggi. Kecuali banyaknya pendatang di Medan, menurut Tomi, pertumbuhan penduduk Medan secara alami juga ikut meningkatkan permintaan perumahan. Dari berbagai sumber, misalnya, statistik permintaan properti itu datang dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dengan berbagai alasan memilih untuk berinvestasi properti di Medan.

Mereka membeli rumah dari berbagai tipe yang dibangun para pengembang, khususnya di sejumlah titik lokasi yang berdekatan aksesnya dengan gerbang masuk Medan-Aceh.

Jamak diketahui Sunggal dan Medan Baru menjadi incaran para investor properti asal NAD ini.

Ada gula ada semut. Bisnis para pengusaha asal Tanah Rencong itu juga marak di lokasi-lokasi tersebut. Pasar ini pula yang cepat dimanfaatkan para pengembang untuk membeli lahan-lahan tidur di kawasan Sunggal agar dibangun menjadi lokasi hunian terbaru. Proses ‘’pengkotaan’’ daerah pinggiran ini pun semakin menjadi-jadi seiiring tingginya permintaan properti di wilayah yang dulu-dulunya sempat diberi julukan negatif: ‘’tempat jin buang anak’’ tersebut.

Contoh lain, proyek pengembangan sentra bisnis baru yang diberi label Pancing Bisnis Center (PBC) di Jalan Pancing, Medan. Dulunya proyek ini dicap proyek mubazir oleh sebagian investor properti. Proyek itu dimiliki konsorsium sejumlah pengembang besar dan memakan puluhan hektar lahan tidur. Konsep kota satelit yang dikembangkan di dekat Universitas Negeri Medan itu kemudian dipasarkan secara perlahan. Kompleks bisnis ini mengembangkan ratusan ruko siap huni dengan jumlah blok yang terus mendekati abjad G. Saat ini kawasan PBC ini menjadi salah satu primadona di wilayah timur Medan. Tentu saja, selain PBC, masih banyak proyek properti lainnya yang juga tergolong sukses. Lantas, apa yang menjadi rahasia sukses para investor propeerti tersebut? Bila diamati, sukses ini tak lepas dari mindset pengembang properti yang visioner menjalankan bisnis mereka. Jenis pengembang ini berbeda dengan pengembang lain yang lebih suka bersikap pasif- menunggu lokasinya ramai, aksesnya bagus, dan lain sebagainya. ‘’Kalau mau sukses ya, sejak awal investor properti jangan takut menjadi pionir.

Mereka harus menjadi pihak yang mengawali. Memang ada konsekuensinya. Misalnya investasi lebih mahal, tapi buahnya sangat sepadan. Bila sukses menjadi pelopor, umumnya akan menjadi pemimpin di bisnisnya,’’ ungkap Marihot Nainggolan, investor properti yang juga mantan pemegang sahan di PBC.

Contoh paling konkret, menurut Marihot, seperti dilakukan konsorsium pengembang di PBC. Begitu mendapat lahan dan konsep yang pas, konsorsium pengembang ini langsung tancap gas membangun kawasan tersebut secara total.

Kawasan ini dulunya sangat terpencil tapi sekarang harga properti di lokasi ini melonjak tak terkendali. Hal ini seperti pengakuan Jane Erawati, seorang Notaris/PPAT di Deli Serdang. Pada tahun 2007 saat dia mencari kantor yang strategis untuk profesinya, PBC adalah salah satu opsi kala itu. ‘’Harga satu ruko tiga lantai saat itu masih Rp600 juta-an.

Saya berpikir lebih baik mengontrak ruko dulu, tapi sekarang menyesal karena nilai ruko yang saya tawar tadi sekarang bernilai Rp800 juta,’’ katanya kepada Sumut Pos.

*** MEMILIKI nyali menjadi pioner alias pelopor. Tampaknya hal ini menjadi faktor utama yang mengantarkan pengembang manapun besar dan sukses. Mindset pelopor itu pada gilirannya membuat cara pengelolaan dan prinsip-prinsip bisnis yang dijalankan kelompok properti yang berani mengembangkan kawasan pinggiran berbeda dengan pengembang pada umumnya. Sebagai contoh, pengusaha properti umumnya punya prinsip bahwa kunci sukses usaha properti adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. Ini sudah menjadi kaidah umum yang biasa dipegang kebanyakan pengusaha properti. Hanya saja para pengembang perumahan di kawasan pinggiran yang kini sudah mengkonsep ‘’perkotaan’’ baru itu tidak lagi menomersatukan lokasi.

Semua lokasi bisa menjadi emas jika dikembangkan secara total dengan konsep perumahan dus trik pemasaran yang prima. “Banyak pengembang cuma berpikir lokasi, lokasi, dan lokasi, padahal yang sebetulnya perlu dipikirkan adalah akses, akses, dan akses. Lokasi bagus dan jaraknya yang dekat dengan pusat kota nggak banyak membantu bila aksesnya sulit bin rumit,” Marihot kembali menjelaskan.

Karena cara pandang itu, tak mengherankan, dalam kacamatanya, konsorsium pengembang PBC, berusaha membangun aksesibilitas pada setiap proyeknya di tahap awal pengembangan kawasan. Khususnya dengan membuka sumbat-sumbat transportasi. Cara yang biasa dilakukan antara lain dengan membuka akses tol ke proyek-proyeknya.

‘’Dan ini bukan isapan jempol. Proyek PBC dan sekitarnya, misalnya, sudah lama dipikirkan aksesnya ke tol Belmera. Ada beberapa titik yang tinggal direalisasikan saja.

Misalnya akses di lurusan jalan Selamet Ketaren ke arah Unimed,’’ ujarnya.

Pertumbuhan plus kebutuhan akan ‘’perkotaan’’ baru agaknya mengikuti teori inverse alias berbanding lurus. Ini akibat situasi kota Medan yang semakin mendekati titik jenuh bila ditinjau dari konsep perkotaan moderen. Selain lahan yang kian sempit, tata ruang kota juga semakin jumpalitan alias tak beraturan. Di Medan Baru, misalnya, banyak rumah tinggal yang disulap menjadi ruko, bahkan bukan hal asing lagi melihat ada hotel yang berhimpitan dengan rumah penduduk. Tak jelas lagi mana areal permukiman dan kawasan komersial. Dominasi kota Medan sebagai areal bisnis dan perkantoran adalah satu dari sekian penyebab kenapa orang-orang bertahan di lingkar kota. Akibatnya mudah ditebak. Harga sewa rumah di Medan naik berlipatlipat.

Di inti kota seperti Medan Baru, misalnya, sewa rumah bergerak dari Rp20 juta hingga Rp40 juta per tahun. Jangan ditanya lagi harga jual rumah di cluster-cluster baru di tempat tersebut. Maka Anda tak perlu terkejut bila berkesempatan mengitari wilayah Medan Baru. Di ruas jalan Darussalam- yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan terdata sebagai jalan arteri dan kawasan hunian- sudah dijumpai sejumlah bangunan hotel bertaraf bintang tiga. Bergerak sedikit ke dalam, di ruas jalan Sei Kapuas atau Sei Berantas, misalnya, sejumlah lahan kosong sekonyong-konyong disulap menjadi cluster-cluster dengan tipe rumah moderen minimalis.

Tentu saja pasar yang dibidik adalah keluarga kecil dari kelas pekerja yang punya kantor di inti kota. Soal harga tentunya bisa Anda lacak sendiri. Di pusat-pusat perbelanjaan, agen-agen perumahan minimalis ini menawarkan harga rumah hingga Rp400 juta untuk tipe 38, atau hampir dua setengah kali lipat dibandingkan rumah bertipe serupa di cluster kawasan Marelan yang menjorok di utara Medan. Keinginan merambah pasar properti baru, sekaligus menumbangkan dominasi Medan sebagai kota utama ini pula yang ingin dilakukan para pengembang kreatif. Selain bermodal konsep, mereka adalah konsorsium pengembang yang berani menanam investasi jangka panjang dengan harapan menjadi ‘’pemain tunggal’’ di wilayah ‘’perkotaan’’ baru tersebut. Ini artinya kecenderungan mengembangkan kawasan ‘’perkotaan’’ baru tampak semakin menggelora di hati para pemodal perumahan. Soal ini, pengamat properti Panangian Simanungkalit- yang juga menakhodai kantor konsultan properti, Panangian Simanungkalit & Associates (PSA)- mengutarakan, prospek investasi properti di Sumut sangat bagus. Selain ditopang pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas rata-rata nasional atau lebih dari 5,6 persen, lapisan kelas menengah di kota ini relatif besar dan punya daya beli yang relatif stabil.

“Saya cermati tak ada ruginya mengembangkan perumahan di Sumut. Prospeknya sangat menggiurkan karena masyarakat di Medan ternyata gandrung menginvestasikan uangnya untuk properti,” ujarnya.

Panangian melihat ada tren baru di Sumut bahwa orangorang kaya di daerah ini selain membeli rumah untuk usaha dan tempat tinggal, juga membelikan rumah untuk anak dan cucunya. Golongan kaya di daerah ini sangat sayang pada cucunya dengan membelikan properti sebagai hadiah dan tempat usaha.

Golongan ini, jelasnya, ternyata tidak suka utang. “Mereka membeli rumah atau tempat usaha dengan tunai,” tuturnya.

Panangian memaparkan Medan sebagai ibu kota provinsi dan kota nomor tiga terbesar di Indonesia memiliki lapisan masyarakat menengah yang relatif besar. Golongan menengah tersebut terdiri dari golongan muda produktif yang pola konsumsinya tidak dipengaruhi oleh pinjaman perbankan, namun kekuatan modal sendiri. Mereka memiliki daya beli sangat kuat, serta gemar melakukan investasi rumah, ruko, dan rumah tempat usaha yang sekaligus dijadikan tempat tinggal.

Gara-gara permintaan yang tinggi itu tak keliru bila kita cermati lima tahun terakhir ruko dan rumah kantor (rukan) kian bergeser ke pinggiran kota dan tumbuh bak cendawan di musim hujan. Pertumbuhan ruko dan rukan itu jelas menunjukkan investasi properti sangat diminati konsumen.

Sejumlah pengembang mengendus pasar itu sebagai peluang bisnis. Menjamurnya properti juga buah dukungan perbankan yang menyokong pembiayaan, terutama modal usaha developer.

“Kalau dilihat dari pesatnya jumlah perumahan di Medan, adalah bukti kalau pertumbuhan bisnis properti tergolong besar. Ini tentunya tak terlepas dari sokongan perbankan hingga pengusaha bisa menjalankan roda usahanya dengan baik. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi Sumut secara keseluruhan,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, DR Parulian Simanjuntak, kepada Sumut Pos.

Merujuk data terakhir terbitan Bank Indonesia (BI) Kantor Regional Sumut dan Aceh, Parulian menunjukkan, penyaluran kredit properti di Sumut mencapai Rp842,37 miliar.

Penyaluran ini lebih besar ke real estate perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas 70) senilai Rp231,13 miliar dan untuk real estate perumahan flat/apartemen senilai Rp224,30 miliar. Begitu pula pengucuran kredit bagi real estate gedung perbelanjaan dan perkantoran yang masingmasing mencapai Rp76,78 miliar dan Rp70,51 miliar per tahun. Luar biasa! Angka fantastis yang disodorkan Parulian tentu benar adanya. Coba Anda jalan-jalan di kawasan ‘’perkotaan’’ baru. Kini ruko dan rukan berbaris memenuhi ringroad di Jalan Gagak Hitam. Semuanya itu menunjukkan inti kota bukan lagi pasar prospektif untuk dikembangkan. Maka, properti menjulang, apakah itu pusat perbelanjaan, apartemen, atau hotel berbintang, tinggal menunggu waktu saja untuk dipindahkan ke lingkar luar kota Medan. Paling ditunggu para pengembang tentulah tuntasnya bandara internasional Kuala Namu di Pantai Labu, Deli Serdang.

Maka, Harapan ‘’pengkotaan’’ baru ini ibarat menunggu sentuhan investasi di tanah sepi. (valdesz)
Kota Baru Butuh Lahan Sedikitnya 3.000 Hektar

Pertumbuhan kota baru menggantikan Medan sebagai kota utama di Sumut tentu bukan sekadar harapan belaka. Properti yang terus menjamur adalah prospek ke arah sana. Hanya saja banyak pihak menyayangkan kenapa pertumbuhan itu baru berjalan dua tahun belakangan ini, tidak sedari dulu sehingga proses pengkotaan itu semestinya sudah bisa dinikmati sekarang ini. Bagaimana sebetulnya pola ‘’pengkotaan’’ kawasan pinggiran ini? Untuk itu pula Sumut Pos mewawancarai Ketua DPD REI Sumut Tomi Wistan. Tomi yang kebetulan sedang di Singapura bertemu sejumlah relasi bisnisnya di sana menjawab sejumlah pertanyaan lewat email.

Ada sembilan provinsi di Indonesia yang akan dikembangkan menjadi kota baru, salah satunya Sumatera Utara. Ketua Umum DPP REI, Setyo Maharso mengatakan, Sumut merupakan satu dari sembilan provinsi yang disepakati REI dan Kementerian Perumahan Rakyat untuk menjadi pengembangan kota baru tersebut. Dalam kacamata Bapak bagaimana kesiapan Sumut menyambut program ini?

Sebenarnya yang telah direncanakan oleh Kemenpera di seluruh Indonesia ada pengembangan 24 Kota Baru. Dan yang sudah di targetkan dan diusulkan tahap awal adalah 10 Kota Baru, dimana salah satunya adalah Sumut. Kami melihat bahwa dengan kondisi Sumut dimana jumlah penduduknya sudah diatas 12 juta jiwa dan sebagian besar bertempat tinggal di wilayah Medan dan Deli Serdang yang mencapai hampir 5 juta jiwa. Dan dengan didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang baik diatas rata-rata nasional serta juga wilayah Sumut menjadi koridor Sumatera dalam program MP3EI. Tentu nantinya diharapkan pertumbuhan ekonomi di Sumut bisa makin tinggi lagi, yang akhirnya membuat daya dukung kota di Sumut terutama Medan akan makin membesar dan diperlukan suatu kawasan yang bisa menjadi kawasan baru yaitu berupa kota baru sebagai penampung segala aspek kehidupan yang berbasis ekonomi. Tetapi semuanya itu agak sulit terwujud kalau ketersediaan lahan/lokasi belum bisa ditentukan dan ditetapkan. Karena untuk kota baru minimal 3000 hektar sampar 10.000 hektar.

Di sejumlah kawasan bisnis properti mulai bertumbuh pesat, apakah peluang pengembangan kota satelit Medan-Binjai-Deli Serdang sampai pada pengembangan properti saja?

Apakah tidak ada peluang untuk pengembangan untuk aspek lain? Mebidang sebagai daerah yang terpadat penduduknya dan aktivitas ekonomi dan sosial juga terbesar di daerah ini, tentu peluang pengembangan kawasan ini menjadi lebih besar. Tentu tidak hanya di sektor perumahan saja, tetapi juga di daerah ini dapat dikembangkan sebagai daerah kawasan industri, pergudangan, agrowisata, pendidikan, olah raga, kawasan pemerintahan, bahkan bisa kita kembangkan sebagai cybercity maupun sebagai waterfrontcity yang include di dalamnya sebagai bagian yang menyatu dan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga Kota Baru itu benar benar bisa terwujud dan melayani kehidupan kota itu sendiri dan berbasis ekonomi.

Apakah menjamurnya properti di Medan saat ini masih dalam tahap terkendali? Jangan-jangan nanti kita mengalami semacam apa yang diistilahkan mortgage di AS?

REI sendiri punya konsep agar pertumbuhan perumahan dan pengembalian kredit tetap seimbang? Sampai saat ini melihat situasi lapangan perkembangan properti masih terkendali, dan daya serap pasar masih tinggi dengan dibuktikannya penjualan properti menengah bawah maupun menengah atas masih terserap dengan baik, walaupun ada beberapa proyek yang sedikit terkesan tidak jalan tetapi itu tidak bisa menjadi barometer karena satu proyek yang tidak berhasil bisa karena management usaha, cashflow, trik marketing, lokasi atau lahan yang bermasalah.

Kami melihat, dengan beberapa indikator pertumbuhan ekonomi khususnya di Sumut seperti pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional dengan didukung oleh sumber pendapatan masyarakat yang makin baik khususnya di sektor perkebunan sawit dan karet, pertanian, pertambangan.

Dan secara pelayanan ekonomi,Sumut tidak hanya melayani masyarakat Sumut tetapi juga dari masyarakat Aceh, Riau bahkan Sumbar.

Pendapatan rata rata perkapita masyarakat Indonesia sudah di atas 3.000 dollar AS sehingga kebutuhan papan juga makin meningkat.Selain itu dengan adanya jumlah penduduk yang muda beberapa kali lipat dibanding dengan orang tua sekarang, ini dianggap menjadi peluang dalam mengembangkan sektor properti di Indonesia termasuk Sumut sendiri. jika ditambah dengan inflasi yang terkendali dibawah 6% dan BI rate yang cenderung makin turun yang saat ini sudah 6 persen, dukungan perbankan juga makin membaik, kebutuhan perumahan secara nasional saja sangat banyak, dimana backlog secara nasional 13,6 juta unit. Kalau ada kekuatiran akan terjadinya mortgage seperti yang terjadi di Amerika, tentu kita optimis hal tersebut masih jauh sekali.

Kondisi perbankan kita saat ini punya pengalaman pada 1997 dimana properti juga menjadi salah satu sektor yang membuat kredit macet.

Ada rencana PTPN2 termasuk Pemerintah Provinsi Sumut membuka kota baru, termasuk masalah pembebasan lahan di Percut Sei Tuan sebagai lokasi kota baru. Seperti apa REI melihatnya? Sejauh ini bagaimana perkembangannya di antara stakeholders (PTPN2, Pemprov, dan REI)?

Kami tentu menyambut sangat baik adanya rencana PTPN2 maupun Pempropsu untuk membuka kota baru. Dan tentu semuanya haruslah sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku di negara Indonesia, maka REI siap untuk mendukungnya.

Apalagi REI sendiri punya jaringan dari pengembang lokal, nasional bahkan international. PTPN2 sendiri telah membuka dan mengundang calon investor dalam Beauty Contest yang telah dilakukan pada Desember 2011 dan Januari 2012. Apabila ini bisa terwujud dan sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku dan tentu juga harus sesuai dengan RTRW Pempropsu, REI sendiri siap untuk dilibatkan dan berharap agar terjadi proporsional pengembang lokal dengan luar. REI memandang untuk menentukan lokasi kota baru tentu harus terlibat pihak ketiga sebagai pemilik lahan selain Pemda. Karena lahan itu sudah hrs ada dan memang layak serta dapat dijadikan sebagai lokasi pengembangan kota baru. Memang saat ini salah satu lokasi yang layak adalah tanah PTPN karena proses pembebasannya sendiri tidak terlalu banyak melibatkan banyak pihak.

Tentu akan menjadi lebih mudah apalagi kalau sudah ada koordinasi dan persetujuan Pempropsu sesuai dengan RTRW.

Medan Sunggal, Tanjung Morawa, dan Cemara saat ini adalah kawasan pinggiran yang terus’’dikotakan’’, seperti apa Pak Tomi melihatnya? Apakah REI sudah punya konsep agar muncul kota-kota baru model ‘’kota mandiri’’ seperti Lippo Karawaci di Jakarta yang dikembangkan oleh para anggota REI di Sumut?

Memang ketiga lokasi tersebut ditambah daerah Johor dan Hervetia saat ini perkembangan perumahan berkembang sangat pesat di wilayah tersebut. Tentu kita berharap juga akan bisa berkembang juga di daerah lain, sehingga perkembangan itu bisa lebih merata dan tidak terfokus ke beberapa wilayah saja yang akhirnya akan membuat lalu lintas juga makin padat. Dengan banyaknya wilayah yang bisa berkembang tentu berdampak baik terhadap kondisi daerah tersebut terutama terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya. Tetapi tentu juga harus dibarengi dengan dukungan infrastruktur yang memadai dari pemerintah daerah. Dengan kondisi Sumut yang memiliki jumlah penduduk 12 juta jiwa dan 5 juta yang menghuni di Medan dan Deli Serdang.

Tentu kota baru-kota baru yang bisa dibangun tidak bisa sebesar apa yang dibangun oleh pengembang di Jakarta maupun Jawa. Mereka didukung oleh infrastruktur yang lebih baik.

Terakhir, seperti apa Bapak melihat pertumbuhan properti di Mebidang?

Kenapa kita jauh tertinggal disbanding Surabaya dan Makassar? Mebidang sendiri tentu akan berkembang seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sumut sendiri dan keberadaan beberapa mega proyek yang ada di Mebidang sendiri seperti Bandara Kuala Namu dan Jalan Tol Medan-Kuala Namu, dan juga dukungan proyek di luar Mebidang yang tergabung dalam perencanaan MP3EI akan menumbuh kembangkan Mebidang sendiri mulai saat ini sampai nanti.Pertumbuhan Surabaya memang jauh lebih besar karena jumlah penduduknya juga lebih besar dan dukungan infrastruktur juga lebih baik. Tetapi untuk Makassar, sy tidak berani mengatakan bahwa pertumbuhan Medan kalah dibanding dengan Makasar.

Secara kasat mata memang karena Makasar ada beberapa proyek seperti bandara baru dan proyek TransTv yang berpusat di Makasar sehingga terlihat perkembangannya jadi luar biasa. Saya yakin Medan nantinya akan jauh lebih maju dan berkembang lebih pesat lagi kalau 43 proyek MP3EI inoi bisa berjalan sesuai rencana. (valdesz) source

Perelasisasian Dana BOS di Kabupaten Asahan

NLS/Asahan - Menurut Kabag Humas Setdakab Asahan Rahman Halim AP, selain Swasembada Daging Pemkab Asahan juga mencanangkan Swasembada Beras pada tahun 2014 melalui Dinas Pertanian.
Halim juga menambahkan bahwa Pemkab Asahan memproritaskan Empat Pilar Utama Pembangunan di Kabupaten Asahan sesuai dengan Visi dan Misi Pemkab Asahan untuk mewujudkan Asahan yang Religius, Sehat, Cerdas dan mandiri.

Adapun empat sektor Pembangunan tersebut antara lain :

1. INPRASTRUKTUR
Telah dan akan melaksanakan pembangunan jalan sampai kepelosok desa dengan tujuan menekankan lajunya produksi dan melancarkan hasil pertanian produksi masyarakat.
2. KESEHATAN
Meningkatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan meningkatkan program Rumah Sakit, Puskesmas Rawat Inap di Kecamatan – kecamatan se kebaupaten Asahan, Seperti :
1. Peningkatan Puskesmas Tinggi Raja menjadi Puskesmas Rawat Inap.
2. Peningkatan Puskesmas Rawang Pasar IV menjadi Puskesmas Rawat Inap.
3. Puskesmas Rawat Inap Sei Kepayang Induk
4. Puskesmas Rawat Inap Binjai Serbangan Kec. Air Joman
5. Puskesmas Rawat Inap Aek Song Songan
6. Puskesmas Rawat Inap Bandar Pasir mandoge
7. Puskesmas Rawat Inap Meranti
8. Puskesmas Rawat Inap Pulau Rakyat
9. Puskesmas Rawat Inap Bagan Asahan
10.Puskesmas Rawat Inap Silo Laut

3. PENDIDIKAN
Peningkatan mutu dan kwalitas Pendidikan serta mewujudkan program Pendidikan Belajar 9 Tahun sehingga Anak usia 7 s/d 15 Tahun harus mengecap pendidikan, atas dasar itulah pemerintah merancang dan menyalurkan dana BOS
( Bantuan Operasional Sekolah ).
Bupati Asahan Drs. H.Taufan Gama. S. MAP, Melalui Kabag Humas Pemkab Asahan Rahman Halim AP menjelaskan penyerahan dana BOS akan memperlancar dan meningkatkan proses dan kwalitas kegiatan belajar mengajar.
Dalam kunjungan kerjanya Plt Gubsu Gatot Pujonugroho ST, Guru baru-baru ini telah menyerahkan bantuan dana BOS, yang diterima Asahan sebesar Rp. 67.492.640.000,- yang terdiri dari Sekolah Dasar Negeri 386 Sekolah dengan jumlah siswa 75.850 orang, Sekolah Dasar Swasta 34 Sekolah dengan jumlah siswa 7.318 orang, SMP Negeri 58 Sekolah dengan jumlah siswa 21.346 orang dan SMP Swasta 37 sekolah dengan jumlah siswa 5.774 orang.
Untuk tingkat Sekolah Dasar, siswa pertahun menerima sebesar Rp. 580.000,- sedangkan untuk siswa SMP pertahunya menerima sebesar Rp. 710.000,-.
Dana BOS di alokasikan untuk mewujudkan program belajar 9 tahun, dana BOS disalurkan ditujukan untuk siswa Sekolah Dasar dan Menengah Pertama, sehingga melalui BOS ini dapat dimanfaatkan untuk membantu meringankan beban orang tua murid yang kurang mampu untuk membeli buku, menggaji guru komite, serta keperluan lainnya yang telah diatur dalam buku petunjuk tehnis penggunaan dana BOS.
Bahwa sektor Pendidikan merupakan program prioritas, sebab melalui pendidikan masyarakat bisa bangkit dan maju dalam melanjutkan pembangunan yang kompotitif, sehingga melalui Pendidikan akan terwujud manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta perilaku yang baik.

11 Fishermen Origin of North Sumatra were released from custody Malaysia

NSN/Medan - A total of 11 fishermen of North Sumatra (North Sumatra) who were detained in Malaysia a few months ago as it enters the waters of neighboring countries, the International Arrivals Terminal arrived at Medan Polonia Airport on Thursday (26 / 1) afternoon. Eleven fishermen were residents Deliserdang and Coal.
Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (MMAF) Republic of Indonesia through the Directorate General PSDKP Indonesia repatriates 11 fishermen from North Sumatra detained Malaysia a few months ago, August, October, and November 2011 ago. Upon arrival at Polonia airport in Medan, the fishermen welcomed the Director General of the Central PSDKP, Syahrin Abdurrahman was accompanied by Director of Handling Violations PSDKP Nugroho Aji MSi Ir.
Furthermore, eleven fishermen handed over to the head of each area to arrive at Polonia airport in Medan.
Supervision Director General of Marine Resources and Fisheries (PSDKP) Center, Syahrin Abdurrahman told reporters say, the fishermen who had detained Malaysia takes quite a lot in the liberation of fishermen.
"Repatriation is the eleventh fishing is a form of concern for the fate of the fishermen CTF and we seek preventive action by providing guidance and dissemination of fishery management area of ​​the Republic of Indonesia," he said.
He added that if there are fishermen who were arrested by the State of Malaysia, it was directly pro-active and make every effort so that the fishermen could be sent home quickly. "Every fisherman who was arrested by Malaysia, we will encourage and cooperate with the competent parties in this case the Ministry of Foreign Affairs in an effort to return the fishermen who were arrested," he explained.
Syahrin claims, repatriation eleven fishermen from North Sumatra is the result of advocacy activities that are constantly made. Previously, light Syahrin Abdurrahman, dated 25 November 2011 and as many as 17 fishermen had returned it. "Meanwhile, data from the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries as many as 172 fishermen from Indonesia has been successful in the discharge and kesebalas fishermen are planned to be immediately taken to their respective areas to directly meet with their relatives back home," he concluded.
While Saan bin Rusli one fisherman, said the arrest of their place when they are finished catching fish and going home. "The police and Malaysian Army arrested and detained on charges of stealing our fish," he said.
He added, though it was free but, she admits she still can not ensure the return to sea or not because their ship was also seized by the Malaysian side. "Then to go to sea do not know when his plan. Better to rest first, "he said.
The eleven fishermen were among Saan bin Rush, Alwatan bin Baidi, Lukman Harun bin Amir bin Rusli fishermen and beach origin Pumpkin, Deli Serdang was arrested August 23, 2011, fishermen from Medang Amrianto Deres, Coal arrested October 6, 2011, Iwan, Ilham and Dhaam fishermen origin Medang Deres, Coal arrested 3 November 2011 and Riduan, Sholi and fishermen Budianto origin Medang Deres, Coal arrested 3 November 2011.

Demonstration In The Merchant City Planning Office Asahan

NSN,Kisaran - On this day January 27, 2012 Hoping to meet with Head of Department of City Planning, Water Tax Joman Traders Disappointed Because They Can not Jump Head Office to meet the City Planning Discussing or ask for responsibility for the presence of Tax in the Water Joman that still semeraut because there is no policy of the Department of City Planning for placement of the traders after the Renovation Done.
Since the Head of City Planning is not where traders move to the Office of Regent and do Oration as a form of disappointment over the performance of the City Planning Office. The traders who make speeches Requesting Explanation of Regents but the merchant can not immediately meet with the Regents and directed to Assistant I and Assistant II Office Kabntor Asahan Mr. Regent. Zulkarnain SH.
At that time Regent Responding to oration of the Representatives of the Sword and the spatial invited to discuss his oration, oration or demand-tuntuan the merchant.
One of the conversations between traders with Regent representative that we can cover as one of the merchants were dictated to the Legislative District "Saying That They dimitai Payments / Charges by Officers / Staff City Planning Department in order to re-occupy the Kiosk or Losd Like the first, before taxes Renovated.
Is it true that the levy funds requested by the Staff / Officers of the City Planning Office spaciousness Down By Order of the Head of Department of City Planning Games Or Just The Staff / Field Officers of Being in the Air Joman ..? For that answer the Merchants Hope Gets Top Tax Issues in Water Joman. And The Merchants Can Occupy Kiosk / Losdnya As originally.
After Receiving The demands of the merchants, Regent Representative (Assistant I) will be Immediately Following the demands of these traders to Mr. Regent Asahan. (KHS)

Pedagang Pajak Air Joman Datangi Kantor Dinas Tata Kota

[27/1/12]Kisaran – Pada Hari ini 27 Januari 2012 Berharap dapat menemui Kepala Dinas Tata Kota, Para pedagang Pajak Air Joman Kecewa Karena Mereka tidak Dapat menemui Langsung Kepala Dinas Tata Kota Untuk Membahas atau meminta tanggung jawab atas keberadaan Pajak di Air Joman yang selama ini masih semeraut karena tidak ada kebijakan dari Dinas Tata Kota untuk Penempatan para pedagang setelah Selesai di Renovasi.
Berhubung Kepala Dinas Tata Kota tidak berada di tempat para pedagang beralih menuju Kantor Bupati dan melakukan Orasi sebagai bentuk kekecewaan atas kinerja Dinas Tata Kota. Para pedagang yang melakukan orasi Meminta Penjelasan dari Bupati tapi Para Pedagang tidak bisa langsung bertemu dengan Bupati dan di arahkan kepada Asisten I dan Asisten II Dinas Kabntor Bupati Asahan Bpk. Zulkarnain SH.
Pada saat itu Perwakilan Bupati Menanggapi Orasi Para Pedang dan mengajak keruangan kerjanya untuk membahas Orasi-Orasi atau tuntutan-tuntuan para Pedagang.
Salah satu Percakapan antara pedagang dengan Perwakilan Bupati yang dapat kami liput seperti yang di ungkapkan salah seorang pedangang kepada Perwakilan Bupati “Mengatakan Bahwa Mereka dimitai Bayaran/Pungutan Oleh Petugas/Staff Dinas Tata Kota agar dapat kembali menempati Kios atau Losd Seperti Semula sebelum Pajak Direnovasi.
Benarkah Pungutan dana yang di minta oleh Staff/Petugas Dinas Tata Kota yang Turun Kelapangan Atas Perintah dari Kepala Dinas Tata Kota Atau Hanya Permainan Para Staff/Petugas Lapang yang Berada di Air Joman..?? Untuk itu Para Pedagang Berharap Mendapat jawaban Atas Permasalahan Pajak di Air Joman. Dan Para Pedagang Dapat Menempati Kios/Losdnya Seperti Semula.
Setelah Menerima Tuntutan dari Para pedagang, Perwakilan Bupati (Asisten I ) akan Segera Melanjuti tuntutan para pedagang ini kepada Bapak Bupati Asahan. (khs)

Privacy Policy Google Adsense

Privacy Policy for http://newslintassumatera.blogspot.com/

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at mudaharim.butarbutar@gmail.com.

At http://newslintassumatera.blogspot.com/, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by http://newslintassumatera.blogspot.com/ and how it is used.

Log Files
Like many other Web sites, http://newslintassumatera.blogspot.com/ makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
http://newslintassumatera.blogspot.com/ does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
.:: Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on http://newslintassumatera.blogspot.com/.
.:: Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to users based on their visit to http://newslintassumatera.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
.:: Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....
Google Adsense


These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on http://newslintassumatera.blogspot.com/ send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.

http://newslintassumatera.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. http://newslintassumatera.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites.

PAJAK KEBUN SAYUR AIR JOMAN SEMAKIN MENCEKAM PEDAGANG BELUM BISA BERJUALAN SEPERTI BIASA

NLS/Airjoman – Pajak Air Joman masih belum tahu bagaimana keberadaan yang sebenarnya dari Pemerintah Tata Kota tentang Kepemilikan Pajak Yang berada di Pajak Air Joman., Sementara Pajak yang telah dibagikan oleh Dinas Tata Kota dan pemelik pajak telah menerima kartu atau pun karcis sebagi tanda bukti kepemilikan pajak sebanyak 36 Orang . Tetapi Mengapa Mereka yang telah memiliki Kartu/karcis Belum bias Berjualan sepeti Biasa.?
Jadi pemerintah setempat atau Pemda cepat untuk menyelesaikan masalah Pajak ini, agar jangan sampai terjadi Keributan antar pedagang yang berjualan di Areal Pajak Kebun Sayur Air Joman. Sementara masalah ini sudah Diarahkan ke DPRD dan dipimpin oleh Bud nyadin dari komisi B itu pun belum menghasilak keputus yang jelas dari Komisi B bagai mana Nasib Pedagang di Pajak Kebun sayur Air Joman. Semenjak Direnovasi mulai dari bulan Agustus 2011 sampai saat ini keberadaan pajak belum jelas. Sementara perenovasian pajak ini dari usulan mantan Bupati Drs. Risuddin.
Permasalahan ini sepertinya akan semakin rumit apa bila tidak ada langkah yang baik diberikan oleh pemerintah setempat.. sementara para pedagang Menuntut atas lokasi pajak yang di tempati mereka berpuluh-puluh tahun Agar pajak mereka dikembalikan seperti semula sebelum pajak direnovasi.
Sampai saat ini pemerintah setempat belum ada tanggapan atas tuntutan para pedagang, sementara renovasi pajak sudah selesai tetapi pembagian pajak belum sempurna dari staff/dinas tata kota. Para pedagang sangat Berharap Agar Permasalahan pembagian Pajak ini supaya cepat di selesaikan agar para pedagang bisa kembali berjualan di pajak kebun sayur Air joman yang Baru saja di Renovasi..
Jadi Untuk Permasalah ini Para Pedagang Menuntut agar Bapak Bupati Dapat langsung turun kelapangan/lokasi untuk melihat keberadaan pajak kebun sayur yang sebenarnya dan agar segera membuat langkah penyelesaian terhadap tuntutan para pedang baik secara jalur hukum maupun musyawarah dengan pedanang dan pemerintah setempat/Pemda Kab.Asahan. (Eks)

Hubungan Terlarang Gadis 16 Tahun Jadi Budak Seks Tante Jablay

NLS/Langkat-Bercak-bercak merah di dada (cupangan-red) Mawar (16) menguak hubungan sejenis siswi SMA itu dengan Tina (40), seorang ibu rumah tangga, sejak 3 tahun lalu. Kisah asmara tak wajar dari Desa Pelawi Selatan, Kec.Babalan, Langkat itu berakhir di kantor polisi, Senin (16/1).

Kisah asmara terlarang pasangan sejenis itu bermula di tahun 2009. Saat itu Mawar masih berstatus siswi kelas 2 SMP. Permainan terlarang layaknya pasangan suami dan istri itu membuat Mawar ketagihan. Terlebih Tina, sang tante jablay kerap memberikan barang-barang keperluan Mawar.

Karenanya, Mawar seolah terhipnotis dengan gairah seks Tina yang mencumbuinya. Dalam setiap permainan ranjanganya, Tina kerap kali meninggalkan cupangan di payudara remaja tanggung itu hingga puluhan.

Tiga tahun jadi budak seks sang tante yang kesepian ditinggal lari suaminya itu, akhirnya diketahui orang tua Mawar.
Ibu Mawar sontak emosi saat menyaksikan banyaknya bekas cupangan di daerah payudara anak remajanya itu. Mawar pun diminta membeberkan pria mana yang telah bertindak jauh pada anaknya itu.

Setelah dibentak-bentak, Mawar yang mulai ketakutan akhirnya mengungkapkan hal sebenarnya, kalau bercak merah di dadanya bukanlah perbuatan lelaki. Melainkan perbuatan Tina, tetangga mereka yang memiliki usaha kedai.

Mendengar pengakuan Mawar, sang ibu malah tambah syok. Bak disambar petir di siang hari, sang ibu langsung memboyong anaknya untuk membuat laporan ke Polres Langkat.

Tak menunggu lama, usai diambil keteranganya oleh petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, Mawar pun langsung dibawa ke Puskesmas Stabat untuk dilakukan visum. Hasil visum yang dikeluarkan medis jelas menyebutkan kalau telah terjadi kerusakan pada bagian kemaluan korban.

Atas laporan itu pula, Tina langsung dijemput unit PPA (perlindungan perempuan dan anak) Polres Langkat, malam harinya. Kepada petugas, Tina pun mengakui semua perbuatannya. Termasuk mengencani anak gadis tetangganya itu.
Keterangan korban pada polisi juga mengungkap kalau kemaluannya kerap dipermainkan Tina menggunakan jari-jemari.
Kanit PPA Polres Langkat Iptu Eva Sulastri Sinuhaji ketika dikonfirmasi POSMETRO MEDAN membenarkan perihal kasus ini ditangani pihaknya.

“Korbanya tadi siang melapor sama kita, untuk membuktikan keterangan korban yang bersangkutan langsung kita bawakan untuk visum. Hasil visum jelas menyebutkan telah terjadi kerusakan pada bagian kemaluan korban. Pengakuan korban kepada penyidik kita, perbuatan tersebut telah berulang kali dilakukan pelaku kepadanya,” ujar Eva saat dihubungi sedang dijalan menjemput tersangka dari kediamannya.

Lanjut Eva lagi, tersangka mengakui semua perbuatanya. “Semua keterangan korban dibenarkan tersangka. Artinya dianya tidak membantah. Keteranga pelaku, dirinya punya suami, tapi sudah lama suaminya tidak kembali. Katanya bekerja di Malaysia,” terang Eva seraya mengaku masih diperjalanan memboyong tersangka menuju Polres.(wis/bud) Posmetro

Akibat HIV/AIDS 18 Warga Asahan Tewas

NLN/Kisaran - Selama tahun 2011, 18 warga Kabupaten Asahan meninggal dunia setelah diketahui positif HIV/AIDS.
Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Asahan drg Habinsaran Nasution melalui Kasi Pemberantasan Penanggulangan Penyakit (P2P) Safrin Sanjaya, Kamis (19/1) menerangkan, selama tahun 2011 pihaknya menemukan 25 warga positif HIV/AIDS. Dari 25 orang, 18 meninggal dunia, dan 7 orang masih hidup serta menjalani perawatan.
Diterangkan Sanjaya, pihaknya terus berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan penyisiran terhadap orang yang berpotensi tertular ataupun yang menularkan HIV/AIDS.
Dilanjutkannya, penyebaran HIV/AIDS ada 3 cara, yaitu hubungan seks tanpa pengaman, alat suntik narkoba, dan kehamilan. Bila beberapa tahun lalu jarum suntik menjadi penyebab utama HIV/AIDS, tahun 2011 lalu, hubungan seks tanpa alat pengaman yang menjadi penyebab utama.
Survei menunjukkan, 42 persen orang yang berhubungan seks tanpa mengenakan kondom dan positif mengidap HIV/AIDS merupakan staf perkantoran, wiraswasta, dan pekerja kasar. Sementara posisi kedua mahasiswa 30 persen.
Sementara menurut sumber dari Dinas Kesehatan Asahan, jumlah pendertita HIV/AIDS di Kabupaten Asahan bertambah. Hal itu terjaring dari hasil pemeriksan kepada penderita TB paru.
“Sedikitnya ada dua orang dinyatakan positif HIV dan kini dalam perawatan,” kata petugas yang tidak mau namanya dipublikasikan.
Data dua tahun terakhir, tercatat 31 warga Asahan mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah itu, yang diketahui sudah meninggal dunia 18 orang.
Tahun 2010, tercatat 13 orang mengidap HIV/AIDS dan meninggal dunia 9 orang. Dan hingga Agustus 2011, warga Asahan yang terinfeksi virus HIV/AIDS sebanyak 18 orang. Mayoritas pasien yang terjaring mengidap penyakit TB paru.
Mirisnya, juga ditemukan balita berusia 3,5 tahun yang terinfeksi penyakit mematikan itu. Diketahui, balita itu tertular dari ibunya. Ditambahkan Sanjaya, di awal Januari 2012, pihaknya menjaring dua pria positif HIV yang usianya masih produktif.(sus/spy)MetroAsahan

Bupati Asahan Drs H Taufan Gama Simatupang MAP Tinjau Jalan di Empat Kecamatan

NLS/Asahan-Bupati Asahan, Drs H Taufan Gama Simatupang MAP bersama rombongan meninjau lokasi jalan Mantap di empat Kecamatan Kabupaten Asahan, yakni Kecamatan Sei Dadap, Air Batu, Teluk Dalam dan Kecamatan Simpang Empat.

Peninjauan jalan mantap dilakukan mulai dari pagi hingga menjelang malam, Minggu, 4 Desember 2011 tersebut, Kata Bupati Asahan bahwa program jalan Mantap yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan adalah bertujuan untuk memberikan penghematan bagi penguna jalan dalam hal pemakaian bahan bakar minyak (BBM)

Selain itu, Kata Bupati Asahan jalan Mantap juga bertujuan untuk memberikan jalan alternatif bagi jalan lintas Sumatera (Jalinsum) Medan-Rantau Prapat dan Kecamatan- Kota Kisaran sehingga jarak tempuh menjadi pendek, secara otomatis menghemat BBM yang digunakan. Jalan Mantap juga memberikan kenyaman berlalu lintas, menghindari masyarakat dari kecelakaan.

“ Kalau saran jalan sudah Mantap tentunya masyarakat lebih lancar mencari rezeki dengan kondisi jalan yang baik dengan jarak tempuh yang pendek, “ kata Bupati Asahan didampingi Assisten II Pemkab Asahan, Drs M Salim, Kadis PU, Taswir, Kaban PBD, Ir Manggara, Kabag Humas, Rahman Hali AP, Camat, seraya mengatakan jalan Mantap yang akan dibagun direncanakan mengunakan hotmix dan lapem.

Sementara itu, masyarakat Teluk Dalam menyambut baik rencana pembagunan jalan Mantap yang melintasi di kecamatan setempat, pasalnya selama ini masyarakat mengunakan jalan biasanya dengan jarak yang cukup jauh, namun dengan rencana Bupati Asahan ini, maka jarak tersebut menjadi pendek. “ Kalau memang jalan Mantap ini terwujud, maka kami tidak jauh-jauh menuju jalan lintas maupun Kota Kisaran, Semoga rencana Bupati dapat terwujud dengan cepat, “ kata Zainal. (asn/Humas-1)AsahanNews

Enter the Era of Liberalization of Postal Services

NLS/Jakarta-Liberalization era finally begins perposan services business over the legalization of the Act (the Act) a new post in the Plenary Session of the Parliament. This regulation replaces Law No. 6 / 1984 on the Post that at once put an end to the era of monopoly PT Pos Indonesia in the field of document delivery services.

In his speech before the Plenary Session, the Minister of Communications and Information Muhammad Nuh said that with the passing of this Act the monopoly and exclusivity that had been held by PT Pos Indonesia has been deleted. "Now the competition is left entirely to market mechanisms," said Noah in building the MPR / DPR Senayan, Jakarta, Friday (18 / 9).

According, Acting Director General of Post and Telecommunications Ministry of Communications and Information Basuki Yusuf Iskandar, with the establishment of the new Postal Law, the business of express delivery services perposan and entered a period of liberalization. Liberalization is expected to grow the private express delivery enterprises, mostly small and medium enterprises (SMEs).

As known, in article 4 of this Act set about organizing rules perposan. It's just for mentioning this Act, that the organizer is a business entity incorporated in Indonesia. Article 11 mentions the postal operator can work with: the postal operator in the country, organizers of the post of foreign, domestic enterprises and foreign business entities.

Special to the requirements of a foreign postal administration are obliged to cooperate with the organizers of the post in the country. Cooperation can be through joint ventures with majority shares owned postal operator in the country, but organizers of the post in the country who will work their shares should not be owned by citizens / foreign business entities that are affiliated with the postal operator in the country.

Build Infrastructure, Pemko pleaded to the world bank loan

NSN/Tanjung Balai-Pemko Tanjung Balai will submit proposals of soft loans to the Asian Development Bank (ADB) and World Bank (WB), to finance the construction of various infrastructure supporting the industry.
Deputy Mayor of Council Rolel Harahap, Tuesday (17 / 1) explain, some time ago two representatives from financial aid Eksitensi Regional Financial Network visit to review the availability and the potential of existing infrastructure. Two men, had visited the island Bussusen, harbors, and buildings at the End of the Cape.
Rolel explained, although a study conducted Pemko Network is still raw, but realize the ideals of Council into a modern city in 2020 remains strong. Pemko Network, he added, remains optimistic, after two people from institutions such financial assistance to come and see first hand the construction site that will be implemented.
"Many programs have been studied although still 'raw'. But because the potential exists, then we believe a financial institution approved the proposed loan, "said Rolel.
Proposed soft loans, plus Rolel, planned industrial area allocated for Development Network in District Sei Tualang Raso with 300 ha area, the construction of port facilities and tourist areas Bussusen Island, the construction management industry and the construction of hydroelectric power sand using the tides.
Pemko Tanjungabalai, he added, will cooperate with private companies and regional (SOE) inside and outside the Network. Location Sumatra Shiokudengki or known SS Envy in North District Council meeting where the river water and river Silo Asahan potential hydroelectric power (hydropower).
"Construction of facilities and infrastructure are expected to invite investors from outside the country entered the Network. Automatically Network jobs in the city will increase, "he said.

How Rates Cruise Ship Costa Concordia?

Rome - Costa Concordia cruise ship which sank near the island of Giglio, Italy, on Friday evening local time, January 13, 2012 is a cruise ship which flies the waters of the Mediterranean. Ill-fated ship destination Rome-Palermo has various luxury amenities in it. With a range of facilities on offer, of course, potential passengers have to spend large sums of money.

The company that operates the Costa Cruise ship Costa Concordia offers two Mediterranean routes of travel packages to Rome to Napoli Palermo and Savona. In one trip, Concordia took a period of 7 days. Transit port is bypassed for the purpose of Rome-Palermo is Savona, Marseille, Barcelona, ​​Palma de Mallorca and Cagliari.

Here is a list of tour packages rates, if you want to enjoy a luxury vacation destination of Rome-Palermo. Tariffs are divided into four classes.

Cheapest fare for economy class, per-person is U.S. $ 508 or about USD 4.7 million. The middle class the charge is U.S. $ 679 or about USD 6.3 million. As for passengers who want to spend the night in a balcony room type, the charge is U.S. $ 894 or USD 8.3 million. Most expensive fare is equipped with executive class room suite is U.S. $ 1,254 or USD 11.5 million.

For route-Napoli Savona, the port through which transit is Barcelona, ​​Palma de Mallorca, La Valletta Malta and Catania. Here is a list price of the package-tour destination Napoli Savona.

The division of class on this route, the same as the route Rome-Palermo. Economy-class fare per person is U.S. $ 820 or about USD 7.5 million. Middle-class fare is U.S. $ 1,060 or about USD 9.7 million. Rooms with balcony type, the charge is U.S. $ 1,248 or USD 11.5 million. Rates are equipped with executive class room suite is U.S. $ 1,609 or about USD 15 million.

Costa Concordia launched in 2006, the manufacturing cost U.S. $ 570 million or Rp 5.2 trillion. This ship became one of the most innovative in Europe. The design made to resemble a Mediterranean-style resort. This ship is equipped with a fine dining restaurant, bar, jacuzzi, theater room, library, shopping centers, F1 racing simulator and casinos like in Las Vegas.

TIPS MENJADI ORANG TUA UNTUK MASA DEPAN ANAK

“Seandainya aku bisa membesarkan anakku sekali lagi, aku akan lebih dahulu membangun harga dirinya dan baru membangun rumah baginya. Aku akan lebih banyak memakai jari untuk melukis bersamanya daripada memakai jari untuk menuding kesalahannya. Aku akan lebih sedikit mengoreksi dan lebih banyak membangun koneksi. Aku takkan banyak memerhatikan jam, tapi lebih banyak memakai mataku untuk memerhatikannya. Aku akan lebih banyak berjalan-jalan dan menerbangkan lebih banyak layangan bersama anakku. Aku akan berhenti bersikap terlalu serius dan lebih banyak bermain dan bercanda dengannya. Aku akan lebih banyak memeluk dan bukan membentak. Jika anda membahagiakan anak-anak anda sekarang, anda akan membuatnya berbahagia 20 tahun mendatang, karena kenangan indah yang direkam diingatannya merupakan fondasi yang kuat bagi kebahagiaannya.”
Terkadang ada orang tua yang hanya mementingkan kebutuhan anak secara materi, tetapi mengabaikan kasih, perhatian serta kedekatan dengan anak. Kita tidak bisa memutar waktu dan mengulangi masa-masa lalu. Perlakuan kita terhadap anak ketika mereka masih kecil, akan menentukan menjadi anak-anak seperti apa mereka kelak. Sebab itu jangan sia-siakan kesempatan yang ada untuk mengukir kenangan yang indah dengan anak untuk membangun karakter mereka…

Hanguskan 600 Kios, 8 Ruko Dan 1 Musholla Saat Kebakaran Pasar Brayan

NewsLintasSumatera/Medan-Pjs. Kabid Humas Poldasu, Kombes. Drs Heri S, mengatakan kebakaran Pasar Pulo Brayan telah menghanguskan 600 kios, 8 ruko dan sebuah musholla, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 5 miliar.

“Kita mencatat sebanyak 600 kios, 8 ruko dan satu musholla musnah terbakar. Kerugian materil mencapai Rp.5 milyar, sementara korban jiwa dalam musibah tersebut tidak ada,” kata Heri kepada wartawan, Rabu (19/1) di ruang kerjanya.

Ia mengatakan tim Laboratorium Forensik (Labfor) Cabang Medan mulai melakukan penyelidikan. “Dengan mengumpulkan bukti, seperti kayu dan seng serta barang bukti kebakaran yang dianggap perlu untuk penyelidikan,” terangnya.

Ia menambahkan, penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dalam mengungkap penyebab kebakaran dan asal api tersebut menggunakan sistem scientific crime investigation. Yakni penyelidikan ilmiah kejahatan.

Hal ini juga untuk mempertegas beredarnya kabar bahwa kebakaran tersebut terjadi karena adanya unsur sabotase, yang disengaja oleh pihak-pihak tertentu.

“Kita tidak mau berandai-andai. Biarkan dulu labfor bekerja untuk mengetahui secara pasti penyebab kebakaran. Polisi dalam melakukan penyelidikan penyebab kebakaran Pasar Brayan ini berdasarkan data dan fakta di lokasi kejaidan,” ujarnya.

Sedangkan hasil sementara di lapangan, tutur Hery, sebelum terjadinya peritiwa kebakaran yang menghanguskan ratusan kios tersebut, terjadi pemadaman listrik. “Waktu listrik padam itu, lilin dinyalakan, tapi belum dipastikan apakah penyebab kebakarannya karena lilin atau tidak,” tandasnya.

Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan itu menambahkan, adanya dugaan hubungan arus pendek listrik yang menjadi penyebab kebakaran, kepolisian juga belum dapat memastikannya.

“Jadi kita gunakan sistem scientific crime investigation ini, berdasarkan pembuktian-pembuktian ilmiah. Apakah disengaja atau tidak, itu nanti hasil dari tim labfor,” tegasnya.

Menurutnya, hasil penyelidikan labfor akan dapat diketahui rentang waktu 7 sampai 10 hari ke depan. “Kita usahakan secepat mungkin. Karena ini menyangkut orang banyak,” ujarnya.

Tim Labfor Poldasu yang dipimpin Kanit Labfor AKP Jhon Hutabarat beserta empat orang personilnya turun ke lokasi. Menurut Jhon Hutabarat, tim yang dipimpinnya tersebut akan melakukan olah TKP (Tempat Kejadaian Perkara) pada tempat asal pertama api yang menghanguskan kios.

Sementara informasi berkembang di apangan, penyebab kebakaran diduga sabotase. Bahkan informasi berkembang, Pasar Pulo Brayan itu dibakar karena para pedagang tidak mau disuruh pindah yang menyebabkan kemacetan arus lalulintas.

Konon disebut-sebut hal seperti itu dilakukan karena pihak Pemko Medan yang sempat memberikan izin berdagang di kawasan Flay Over itu mendapat sorotan dari berbagai pihak.

ASAL API

Kapolsekta Medan Barat, Kompol. Arkhe F Ambat, mengatakan kebakaran tersebut apinya berasal dari salah satu kios pedagang sepatu dan sandal.

“Kita sudah tahu pemilik kios sepatu dan sandal tersebut berdasarkan keterangan sejumlah saksi. Namun ketika kita datangi ke rumahnya, yang bersangkutan tidak ditemukan. Mungkin masih berbaur dengan pedagang lainnya. Tapi yang pasti kita akan tetap mencari dia,” kata Arkhe kepada Medan Pos, Rabu (19/1).

Sementara pantauan Medan Pos di lapangan, para pedagang dibantu petugas Dinas Kebersihan sudah mulai membersihkan puing-puing kebakaran yang masih berserakan. Mereka juga berharap kepada Pemko Medan untuk secepatnya menata kembali pasar tersebut.

Sejumlah pedagang juga menandai bekas kiosnya dengan menggunakan tali. Selain itu para pedagang juga mendirikan posko korban kebakaran di areal Pasar Palapa-tak berapa jauh dari lokasi kebakaran.

Ilham (35), salah seorang pedagang kain mengatakan sampai saat ini mereka belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Medan. “Kami sangat berharap pemerintah segera memperhatikan nasib para pedagang ini,” ujarnya.

Menurut Ilham, untuk sementara waktu menunggu adanya bantuan dari pemerintah, dirinya beserta keluarganya terpaksa harus tinggal di posko pengungsian ataupun posko korban kebakaran, disebabkan karena rumah yang juga merangkap kios usahanya telah musnah terbakar.

Sedangkan seorang petugas dari Pemko Medan yang tidak bersedia menyebut identitasnya mengaku lahan kebakaran ini akan dijadikan taman kota oleh Pemko Medan dan tidak akan doperbolehkan lagi mendirikan kios untuk berjualan.

“Ini sudah instruksi Walikota. Lahan kebakaran ini akan dijadikan taman kota untuk menambah keindahan kota,” katanya sambil berlalu. (R-15/R-38). MedanPosOnline

Categories

 
Copyright © 2011. NEWS LINTAS SUMATERA . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website. Inspired from Metamorph RocketTheme