Biodata Pdt Melati br Butarbutar :
- 2009, Tamat STT HKBP Pematangsiantar
- 2009, praktik pendeta di HKBP Silaban Dolok Sanggul
- Juni 2010, bertugas di HKBP Panambean Silakkidir
- April 2011 ditahbiskan di HKBP Dolok Sanggul
Simalungun, Rabu (15/2) sekira pukul 23.30 WIB. Panambean I Resor Raja Maligas, Nagori Silakkidir, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun Tiba-tiba digegerkan atas penikaman 16 liang terhadap seorang pendeta yaitu Pdt Melati br Butarbutar.
Sebelum melakukan Penikaman, pelaku diduga ingin memperkosa Pdt Melati br Butarbutar... Sadis, setelah gagal melakukan pemerkosaan, Erwin Pandiri Divisi Nadapdap malah menganiaya korban secara membabibuta. Korban ditikami hingga 16 liang, sehingga dilarikan dan dirawat intensif di RS Vita Insani Siantar.
Sementara tersangka Erwin Pandiri Divisi Nadapdap mengalami luka parah pada bagian kepala dan tangan kiri karena sempat diamuk massa. Pelaki kini dirawat di RS dr Sudung Sinaga, Simpang Tangsi Balimbingan, Tanah Jawa.
Kapolsekta Tanah Jawa Kompol B Siallagan SH ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya membenarkan terjadinya kasus penganiayaan yang dilakukan tersangka kepada Ibu Pendeta. Kata Kapolsek, motif penganiayaan itu diduga ada niat tersangka melakukan pemerkosaan.
Namun saat ditemui di RS Sudung Sinaga, tersangka membantah hendak memperkosa. Dia memasuki rumah pendeta tersebut untuk mencari senter. Dia mengaku, malam itu dia sedang melintas di depan Gereja HKBP Panambean. Dia berencana mengikatkan tali kerbau miliknya pada tambatan. Kebetulan dari tiga kerbau miliknya, ada satu talinya putus.
Menurut tersangka, malam itu dia tidak punya alat penerangan, sehingga timbul niatnya memasuki rumah dinas Pendeta yang kebetulan tidak jauh dari tempat kerbaunya ditambatkan. Tersangka beranggapan bahwa Pendeta masih berada di Jakarta, sebab setahunya ibu pendeta sedang ke Jakarta mengikuti acara adat martuppol menjelang pernikahannya. Tersangka lalu memanjat dan membongkar dinding dapur yang terbuat dari papan. Setelah membuka dua lembar papan, dia masuk.
Tersangka kemudian bergerak ke ruang tamu untuk mencari siapa tahu di rumah itu ada senter. Tapi di atas meja yang ada televisi, tersangka justru melihat pisau dapur dan mengambilnya. Sementara senter tidak ditemukan. Korban lalu masuk ke kamar yang malam itu ditempati ibu pendeta.
Saat tersangka masuk ke kamar, Ibu Pendeta terbangun dari tidurnya. Dengan perasaan takut, Ibu Pendeta mengatakan, “Kenapa kamu masuk ke rumah tanpa permisi?” Tersangka menjawab bahwa ia ingin mencari senter. Ibu pendeta lalu menyarankan untuk tidak mengganggunya. “Jangan kamu ganggu saya. Kalau kamu menginginkan emas dan uang di sana tempatnya,” ujar pendeta sambil menunjuk lemari.
Kemudian pendeta mencabut perhiasan emas dari lehernya sambil menyerahkan kepada tersangka. Tapi tak berapa lama, pendeta berteriak minta tolong. Teriakan itu membuat tersangka ketakutan dan langsung menyumpal mulut pendeta dengan kaos yang dipakainya.
Menurut sumber di kepolisian berdasarkan keterangan tersangka, malam itu terjadi pergumulan di kamar tidur pendeta. Pada saat kritis itu, pendeta berhasil merampas pisau dari tangan kanan tersangka. Tak mau kalah, tersangka nekat merampas pisau hingga telapak tangan kirinya mengalami luka sayat. Juga terjadi tarik-menarik pisau di kamar tidur. Pada satu kesempatan, tersangka berhasil merampas pisau dari tangan Pendeta. Saat merampas itu, ujung pisau menembus perut pendeta. Darah segar menggenang di atas sprei tempat tidur, hingga tembus ke tilam. Ibu pendeta yang sudah terluka berusaha berteriak sekuat tenaga.
Teriakan Ibu Pendeta didengar oleh Simon Butarbutar (51), warga setempat. Tersangka yang sudah kalap langsung menusukkan ujung pisaunya ke tubuh pendeta sebanyak 11 liang. Dalam keadaan kritis, korban masih berusaha minta tolong dengan berjalan menuju pintu belakang. Sesampainya di dapur dekat pintu kamar mandi, korban terjatuh dengan tubuh telentang.
Saat tersangka hendak menusukkan kembali pisau ke tubuh pendeta, tiba –tiba muncul Simon Butabutar dari belakang sambil mengatakan, “Jangan kau tikamI!” Menyadari seseorang datang, tersangka bersembunyi di tembok dekat kamar mandi.
Simon bersama seorang anaknya mengevakuasi korban dan membawanya ke bidan terdekat. Tapi akibat pendarahan hebat yang dialami korban, ia dilarikan ke RS Vita Insani Pematangsiantar.
Sementara itu, tersangka yang tubuhnya berlumuran darah ditangkap warga dari balik tembok kamar mandi. Warga yang sudah mulai ramai langsung menghajar tersangka hingga babak belur.
Setelah mendapat informasi tersebut, Kanit Reskrim Polsekta Tanah Jawa AKP Liston Siregar bersama anggota langsung meluncur ke TKP. Korban yang sempat jadi bulan-bulanan massa dapat diselamatkan. Tapi massa yang sudah beringas nekat menerobos petugas untuk menghakimi tersangka. Namun berkat pendekatan yang dilakukan petugas, massa bisa menerima dan malam itu tersangka dilarikan ke RS dr Sudung Sinaga.
Rencana Pindah ke Tobasa
Praeses Distrik XXIV Tanah Jawa Pdt SP Sirait ketika dikonfirmasi METRO mengatakan, Pdt Melati br Butarbutar adalah alumni STT HKBP Pematangsiantar tahun 2009. Setelah tamat, korban praktek pendeta di HKBP Silaban Dolok Sanggul Distrik Humbang.
Usai praktek dari Dolok Sanggul, korban melanjutkan praktek kedua di Gereja HKBP Panambean I Resort Raja Maligas Nagori Silakkidir Kecamatan Hutabayuraja. Bulan April tahun lalu, korban ditahbiskan di HKBP Dolok Sanggul. Setelah itu korban resmi menyandang predikat pendeta dan bertugas di HKBP Panambean Silakkidir.
Pdt SP Sirait menambahkan, korban sebetulnya sudah punya rencana pindah ke HKBP Pangambusan Distrik IV Toba Kabupaten Tobasa. Namun karena pendeta setempat belum pindah, terpaksa ditunda. Realisasi perpindahan direncanakan setelah korban menikah.
Pesta perkawinan ibu pendeta direncanakan dilangsungkan Kamis (23/2) di Pematangsiantar. Padahal awal Februari, pendeta sudah melaksanakan acara Martumpol di tempat calon mertuanya di Jakarta. Calon suami korban disebut seorang pendeta yang bertugas di Bengkulu.
Pangulu Sillakidir Marulak Sitinjak mengatakan, warga Panambean I sangat sedih atas kejadian yang menimpa pendeta itu. Selama bertugas hampir 1,5 tahun, jemaat menyenanginya. Pendeta ini sering disebut dengan panggilan Inang. Pendeta juga rajin mengunjungi rumah jemaatnya. Anak-anak juga sangat simpati kepada pendeta.
Di tempat terpisah, orangtua tersangka Jannus Nadapdap (36) dan Romlah br Butarbutar yang ditemui METRO di kedimannya di Huta Panambean II mengaku sangat terpukul atas kejadian yang dilakukan anak sulungnya.
Jannus Nadapdap menambahkan, Kamis (16/2) pagi sekira pukul 06.00 WIB, ia pergi menemui tersangka di rumah ompungnya di Huta Panambean I yang jaraknya sekitar 200 meter. Ia berencana mengajak anaknya itu pergi ke sekolah. Namun betapa terkejutnya ketika melihat kerumunan orang di Panambean II.
Warga menceritakan perbuatan anaknya yang telah menganiaya Pendeta. Dengan perasaan hancur, Jannus pulang ke rumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada istri dan anak-anaknya. Mendengar cerita itu, ibu tersangka Romlah br Butarbutar jatuh pingsan.
Jannus mengatakan, tersangka yang merupakan anak paling besar dari 5 bersaudara, memiliki sifat pemalu dan pendiam. Tersangka selama ini tak pernah punya hp dan selalu rajin sekolah.
Tersangka tinggal di rumah ompungya selama 4 hari sejak Minggu (12/2) untuk menjaga rumah, sebab ompungnya pergi menghadiri pesta keluarga di daerah Perawang Pekan Baru dan baru pulang, Kamis (16/2) siang. Selama ompungnya berada di Pekanbaru, tersangka mengembalakan ketiga kerbau milik orang tuanya.
Atas kejadian ini, Jannus Nadapdap minta maaf kepada keluarga korban. “Saya sangat minta maaf kepada korban dan keluarganya. Biarlah proses hukum yang berjalan atas kasus ini,” katanya pasrah. (iwa)
News Source From :
Metrosiantar.com
1 comments:
Semoga Cepat Sembuh ya ito..
Tuhan Memberkati..
Post a Comment