Dalam pengakuannya di kantor Kepolisian Resor Nganjuk kemarin, Mujianto mengaku membunuh karena cemburu. Para korban itu adalah lelaki simpanan pasangannya sesama gay, Joko Suprianto. Semuanya ia racuni. "Hanya ngerjain saja biar (mereka) kapok," kata Mujianto.
Mujianto dibekuk di rumah pasangannya, Joko Suprianto, di Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk, Senin, 13 Februari lalu. Joko adalah duda, 49 tahun, majikan dan kekasih Mujianto. Jejaknya terendus dari pengakuan korbannya yang selamat, yakni Muhammad Fais. Dalam dua bulan ini ulah pria 21 tahun itu menewaskan empat orang, yakni Ahyani, 46 tahun, warga Situbondo; Romadhon (55), Sudarno alias Basori (42), keduanya warga Ngawi; dan seorang lagi belum diketahui identitasnya, pria berusia 32 tahun.
Adapun korban selamat adalah Muhammad Fais, 28 tahun, asal Pasuruan, dan Anton S. Sumartono, 47 tahun, asal Surakarta. Sembilan korban lainnya belum diketahui nasibnya. "Kami masih menyelidiki sembilan korban lainnya," kata Kepala Kepolisian Resor Nganjuk Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono.
Sebelum melancarkan aksinya, Mujianto mencuri semua nomor telepon calon korban dari ponsel kekasihnya, Joko. Lalu dia merayu selingkuhan Joko, yang adalah para pria gay. Dia menghubungi mereka satu per satu dengan dalih ingin berkenalan. Setelah cukup dekat, Mujianto mengajak korbannya bertemu di Nganjuk untuk berjalan-jalan. Mujianto menuturkan, saat jalan-jalan itulah dia melakukan hubungan badan dengan korbannya di beberapa tempat, seperti persawahan atau toilet stasiun pengisian bahan bakar.
Siasat terakhirnya adalah mengajak korbannya ke warung. Di tempat inilah dia meracuni minuman korban. Saat korbannya lemas, dia menitipkannya ke rumah warga. Kepada pemilik rumah, Mujianto berdalih hendak memanggil dokter sebelum akhirnya kabur.
Suparno, keluarga salah satu korban Mujianto, yakni Romadhon, menceritakan, "Sebelum meninggal dunia, almarhum sempat bercerita bahwa ia ditipu dan sempat makan bakso yang diduga beracun," ujar Suparno.
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Magda Bhinetty, mengatakan perilaku kekerasan yang dilakukan pasangan gay cenderung lebih tinggi ketimbang pasangan lainnya. "Bisa juga karena didukung karakter yang posesif pada pasangannya," ujarnya.
News Source :
Tempo.co
0 comments:
Post a Comment